KEPENDUDUKAN
Penduduk
adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh
aturan-aturan yang berlaku dan salingberinteraksi satu sama lain secara terus menerus
/ kontinu. Dalamsosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang
menempatiwilayah geografi dan ruang tertentu.
Penduduk suatu
negara ataudaerahbisa didefinisikan menjadi dua:
1
Orang yang tinggal di daerah
tersebut
2 Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah
tersebut
Masalah kependudukan
di Indonesia:
A.
Masalah Akibat Angka Kelahiran
1. Total Fertility Rate (TFR)
Hasil perkiraan tingkat fertilitas
(metode anak kandung) menunjukan bahwa
penurunan tingkat fertilitas Indonesia
tetap berlangsung dengan kecepatan yang
bertambah seperti nampak pada tabel
di bawah ini :
Periode (tahun) TFR %
Penurunan/tahun
1967 -1970 5,605 1,7
1971 -1975 5,200 2,3
1976 -1979 4,680 2,8
1980 -1984 4,055 3,9
1987 -1990 3,222 2,1
Sumber : BPS Jawa Timur, 1996
Tingkat fertilitas secara
keseluruhan dari periode 1981- 1984 ke periode 1986
-1989 turun sebesar 18 % atau
sekitar 3,9% pertahun. Namun tingkat penurunan
fertilitas mulai melambat atara
periode 1986-1989 dan 1987-1990 yaitu menjadi
2,1% rata-rata pertahun.
2. Age Spesific Fertility Rate
(ASFR)
Hasil SP71 dan SP80 masih menunjukan
bahwa tingkat kelahiran untuk
kelompok umur wanita 20-24 tahun
adalah yang tertinggi. Namun demikian terjadi
pergeseran ke kelompok umur (25 -29)
tahun pada hasil SP80 dan ini akan
memberikan dampak terhadap penurunan
tingkat gfertilitas secara keseluruhan
(Trend Fertilitas, Mortalitas dan
Demografi, 1994: 18)
Berdasarkan dua kondisi di atas
dapatlah disebutkan beberapa masalah (terkait
dengan SDM) sebagai berikut :
1) Jika fertilitas semakin meningkat
maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal
penyediaan aspek fisik misalnya
fasilitas kesehatanketimbang aspek intelektual.
2) Fertilitas meningkat maka
pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi
akibatnya bagi suatu negara
berkembang akan menunjukan korelasi negatif
dengan tingkat kesejahteraan
penduduknya.
Jika ASFR 20- 24 terus meningkat
maka akan berdampak kepada investasi SDM
yang semakin menurun.
B. Masalah akibat Angka Kematian
Selama hampir 20 tahun terakhir,
Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami
penurunan sebesar 51,0 pada periode
1967-1986. Tahun 1967 AKB adalah 145 per
1000 kelahiran, kemudian turun
menjadi 109 per 1000 kelahiran pada tahun 1976.
Selama 9 tahun terjadi penurunan
sebesar 24,8 persen atau rata-rata 2,8 persen per
tahun. Berdasarkan SP90, AKB tahun
1986 diperkirakan sebesar 71 per 1000
kelahiran yang menunjukan penurunan
sebesar 34,9 persen selama 10 tahun
terakhir atau 3,5 persen pertahun
(Trend Mortalitas, 66).
Tabel Perkiraan Angka Harapan Hidup
(AHH)
Tahun Nilai
SP1971 45,7
SP 1980 52,2
SP 1990 59,8
Sumber: BPS Jatim, 1996.
Sejalan dengan penurunan AKB, AHH
menunjukan kenaikan. Pada tahun
1971 AHH adalah 45,7 yang kemudian
naik 6,5 tahun menjadi 52,2 pada SP80 dan
mengalami kenaikan 7,6 menjadi 59,8
pada SP90.
Masalah yang muncul akibat tingkat
mortalitas adalah :
1) Semakin bertambahnya Angka
Harapan Hidup itu berarti perlu adanya peran
pemerintah di dalam menyediakan
fasilitas penampungan.
2) Perlunya perhatian keluarga dan
pemerintah didalam penyediaan gizi yang
memadai bagi anak-anak (Balita).
3) Sebaliknya apabila tingkat
mortalitas tinggi akan berdampak terhadap reputasi
Indonesia dimata dunia.
C.
Pemecahan masalah angka kelahiran dan kematian :
a) Kelahiran
Angka kelahiran perlu ditekan
melalui :
- Partisipasi wanita dalam program
KB.
- Tingkat pendidikan wan ita wanita
mempengaruhi umur kawin pertama dan
penggunaan kontrasepsi.
- Partisipasi dalam angkatan kerja
mempunyai hubungan negatif dengan
fertilitas
- Peningkatan ekonomi dan sosial.
b) Kematian
Angka kematian perlu ditekan :
- Pelayanan kesehatan yang lebih
baik
- Peningkatan gizi keluarga
- Peningkatan pendidikan (Kesehatan
Masyarakat)
D. Masalah Komposisi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan
hasil sensus tahun 1990 berjumlah
179246785 dari jumlah tersebut
komposisi usianya tidak berimbang yang
menyebabkan timbulnya
masalah-masalah baru.
Katagori Berdasarkan Usia Sebagai
Berikut :
U S I A (Thn) Jumlah (Jiwa)
0 - 4 20.985.144
5 - 9 23.223.058
10 - 14 21.482.141
15 - 19 18.926.983
20 - 24 16.128.352
25 - 29 15.623.530
30 - 34 13.245.794
35 - 39 11.184.217
40 - 44 8.081.636
45 - 49 7.565.664
50 - 54 6.687.586
55 - 59 4.831.697
60 - 64 4.526.451
65 - 69 2.749.724
70 - 74 2.029.026
>75 4.415
Sumber : Kantor BPS Jawa Timur
Berdasarkan angka-angaka tersebut
tampak penumpukan jumlah penduduk
pada usia muda, yaitu usia 0 -4
tahun berjumlah 20985144 jiwa, usia 5-9 tahun
sebesar 23223058 jiwa dan 10 -14
tahun 21428141 jiwa yang mana pada usia
tersebut belum produktif masih
tergantung pada orang-orang lain terutama
keluarga.
Masalah-masalah yang dapat timbul
akibat keadaan demikian adalah :
1) Aspek ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan hidup keluarga. Banyaknya beban
tanggungan yang harus dipenuhi biaya
hidupnya oleh sejumlah manusia
produktif yang lebih sedikit akan
mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan hayat hidup.
2) Aspek pemenuhan gizi.
Kemampuan ekonomi yang kurang dapat
pula berakibat pada pemenuhan
makanan yang dibutuhkan baik jumlah
makanan (kuantitatif) sehingga dampak
lebih lanjut adalah adanya rawan
atau kurang gizi (malnutrition). Pada gilirannya
nanti bila kekurangan gizi terutama
pada usia muda ( 0 -5 tahun). Akan
mengganggu perkembangan otak bahkan
dapat terbelakang mental ( mental
retardation ). Ini berarti
mengurangi mutu SDM masa yang akan datang.
3) Aspek Pendidikan
Pendidikan memerlukan biaya yang
tidak sedikit, sehingga diperlukan dukungan
kemampuan ekonomi semua termasuk
orang tua. Apabila kemampuan ekonomi
kurang mendukung maka fasilitas
pendidikan juga sukar untuk dipenuhi yung
mengakibatkan pada kualitas
pendidikan tersebut kurang
4) Lapangan Kerja
Penumpukan jumlah penduduk usia muda
atau produktif memerlukan persiapan
lapangan kerja masa mendatang yang
lebih luas. Hal ini merupakan bom waktu
pencari kerja atau penyedia kerja.
Apabila tidak dipersiapkan SDMnya dan
lapangan kerja akan berdampak lebih
buruk pada semua aspek kehidupan.
Alternatif Pemecahan yang diperlukan
:
(a) Pengendalian angka kelahiran
melalui KB.
(b) Peningkatan masa pendidikan.
(c) Penundaaan usia perkawinan
E. Masalah Kependudukan dan Angkatan
Kerja.
Penduduk usia kerja didefinisikan
sebagai penduduk yang berumur 10 tahun
keatas. Mereka terdiri dari angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja (BPS :
1994,30). Penduduk yang tergolong
angkatan kerja dikenal dengan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
TPAK menurut umur mengikuti pola
huruf "U" terbalik. Angkatan rendah pada
usia-usia muda karena sekolah,
kemudian naik sejalan kenaikan umur sampai
mencapai 25 -29 tahun, kemudian
turun secara perlahan pada umur-umur
berikutnya (antara lain karena
pensiun).
Angka kesempatan kerja yang
merupakan pebandingan antara penduduk
yang bekerja dengan angkatan kerja
pada tahun 1993 cukup tinggi yaitu sekitar
97,2%. Ini berarti angka penganguran
kurang lebih hanya 2,8 0/00 (BPS:1994,30).
Berdasarkan hasil sensus tahun 1994
jumlah TPAK sebesar 19.254.554
(Sensus PBS; 1990,417) sedangkan
jumlah penduduk mencapai 179.247.283 jiwa
sehingga TPAK meskipun mungkin
termasuk angkatan kerja. Melihat rasio TPAK dan
Non TPAK tampaknya jauh tidak
seimbang hal ini kemungkinan dapat menyebabkan
masalah antara lain:
(a) Produktifitas yang dihasilkan oleh
sebagian kecil manusia kemungkinan bisa
habis dikonsumsi sebagian besar
penduduk.
(b) Pendapatan perkapita akan rendah
sehingga berpengaruh pada sektor ekonomi
masyarakat.
Alternatif Pemecahan Masalah :
(a) Penyediaan lapangan kerja
(b) Peningkatan mutu SDM melalui
pendidikan dan keterampilan.
F. Masalah Kepadatan Penduduk di
Indonesia
Dilihat dari jumlah penduduknya
Indonesia termasuk negara terbesar ketiga
diantara negara-negara sedang
berkembang setelah Gina dan India. Hasil
pencacahan lengkap sensus penduduk
1990, penduduk Indonesia berjumlah 179,4
juta jiwa. Berdasarkan hasil
proyeksi penduduk, julah penduduk pada tahun 1995
mencapai 195,3 juta jiwa.
Kepadatan di 27 Propinsi masih belum
merata. Berdasarkan sensus penduduk
tahun 1990 sekitar 60% penduduk
tinggal di Pulau Jawa, padahal luas Pulau Jawa
hanya sekitar 7% dari seluruh
wilayah daratan Indonesia. Dilain pihak, Kalimantan
yang memiliki 28% dari luas total,
hanya dihuni oleh 5% penduduk Indonesia.
Dengan demikian kepadatan penduduk
secara regional juga sangat timpang,
sementara kepadatan per kilometer
persegi di Pulau Jawa mencapai 814 orang, di
Maluku dan Irian Jaya hanya 7 orang
(BPS, 1994:29).
Permasalahan yang timbul:
Ketidakseimbangan kepadatan penduduk
ini mengakibatkan ketidakmerataan
pembangunan baik phisik maupun non
phisik yang selanjutnya mengakibatkan
keinginan untuk pindah semakin
tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya
bergerak dari daerah yang agak
terkebelakang pembangunannya ke daerah yang
lebih maju, sehingga daerah yang
sudah padat menjadi semakin padat.
Pemecahan Masalah:
Untuk memecahkan masalah ini
dilaksanakan program pepindahan penduduk
dari daerah padat ke daerah
kekurangan penduduk, yaitu program transmigrasi.
Sasaran utama program transmigrasi
semula adalah untuk mengurangi
kelebihan penduduk di Pulau Jawa.
Tetapi ternyata jumlah penduduk yang berhasil di
transmigrasikan keluar Jawa sangat
kecil jumlahnya. Pada tahun 1953 direncanakan
100.000 penduduk, tetapi hanya
sebanyak 40.000 orang yang berhasil dipindahkan
(BPS 1994:90)
Walaupun demikian, program
transmigrasi sudah menunjukan hasilnya
dimana penduduk yang tinggal di
Pulau Jawa turun dari 60% pada tahun 1990,
diproyeksikan menjadi 57,7% pada
tahun 2000. Sebaliknya diluar Jawa
diproyeksikan akan terjadi kenaikan
tahun 1990-2000. Di Pulau Sumatera naik dari
21% pada tahun 1990 menjadi 21,65 %
pada tahun 2000 (BPS 1990:6-7).
G. Masalah Perkawinan dan Perceraian
Perkawinan bukan merupakan komponen
yang langsung mempengaruhi
pertumbuhan penduduk akan tetapi
mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap fertilitas, karena dengan
adanya perkawinan dapat meningkatkan angka
kelahiran. Sebaliknya perceraian
adalah merupalkan penghambat tingkat fertilitas
karena dapat menurunkan angka
kelahiran.
JENIS
KELAMIN
|
KAWIN
|
CERAI
HIDUP/MATI
|
PRIA
|
25.312.260
|
1.322.446
|
WANITA
|
26.448.577
|
6.176.904
|
Dari data di atas memberikan gambar
bahwa jumlah perkawina baik pia maupun
wanita sebesar 5.176.837 masih jauh
lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah
perceraian baik cerai hidup maupun
cerai mati yang hanya sekitar 7.499.340.
Masalah yang timbul akibat
perkawinan antara lain:
1. Perumahan
2. Fasilitas kesehatan
Masalah yang timbul akibat
perceraian meningkat adalah :
1. Sosial Ekonomi
2. Nilai agama yang lemah
Alternatif Pemecahan :
Perkawinan
1. Menambah masa lajang.
2. Meningkatkan masa pendidikan.
Peceraian :
1. Konsultasi Keluarga.
2. Pendalaman Agama.
Kesimpulan:
Menurut
saya pertumbuhan penduduk di indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat
terus meningkat. apabila hal ini terus menerus tejadi tanpa menemukan jalan
keluar yang baik maka lama kelamaan negara kita akan mengalami kepadatan
penduduk. Program Keluarga Berencana (KB) yang di buat pemerintah menurut saya
masih jauh dari kata keberhasilan dalam mengatasi masalah ini karena masih
begitu banyak masyarakat yang mempunyai keturunan lebi dari dua. Sedangkan
pertumbuhan penduduk ini tidak di iringi dengan pertumbuhan ekonomi Negara.
Sehingga banyak sekali masyarakat-masyarakat yang tidak mendapatkan pekerjaan
yang layak.
KEBUDAYAAN
Kebudayaan atau Culture berasal dari bahasa latin Colore
yang artinya pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan
Kebudayaan, akar katanya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddayah dari
budhi atau akal. Dengan kata lain kebuadayaan adalah hasil cipta, rasa dan
karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebudayaan berhubungan erat dengan masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan istilah Cultural-Determinism
yaitu, segala sesuatu yang ada di masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic.
Andreas Eppink berpendapat bahwa, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai dan norma sosial, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, serta
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi, diperoleh pengertian
tentang kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan
mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits
menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
· alat-alat
teknologi
· sistem ekonomi
· keluarga
· kekuasaan
politik
2. Bronislaw Malinowski
mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
· sistem
norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
·
organisasi ekonomi
· alat-alat
dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah
lembaga pendidikan utama)
·
organisasi kekuatan (politik)
3. Koentjaraningrat ada tujuh
unsur kebudayaan universal, yaitu:
1. Sistem religi yang
meliputi:
- sistem
kepercayaan
- sistem
nilai dan pandangan hidup
- komunikasi
keagamaan
- upacara
keagamaan
2. Sistem
kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
-
kekerabatan
- asosiasi
dan perkumpulan
- sistem
kenegaraan
- sistem
kesatuan hidup
-
perkumpulan
3. Sistem pengetahuan meliputi
pengetahuan tentang:
- flora dan
fauna
- waktu,
ruang dan bilangan
- tubuh
manusia dan perilaku antar sesama manusia
4. Bahasa yaitu alat untuk
berkomunikasi berbentuk:
- lisan
- tulisan
5. Kesenian yang meliputi:
- seni
patung/pahat
- relief
- lukis dan
gambar
- rias
- vokal
- musik
- bangunan
-
kesusastraan
- drama
6. Sistem mata pencaharian
hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:
- berburu
dan mengumpulkan makanan
- bercocok
tanam
- peternakan
- perikanan
-
perdagangan
7. Sistem peralatan hidup atau
teknologi yang meliputi:
- produksi,
distribusi, transportasi
- peralatan
komunikasi
- peralatan
konsumsi dalam bentuk wadah
- pakaian
dan perhiasan
- tempat
berlindung dan perumahan
- senjata
·
Wujud Kebudayaan
1.
Gagasan (Wujud
ideal)
Wujud ideal kebudayaan
adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak ; tidak dapat
diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam pikiran masyarakat.
Sistem gagasan yang telah dipelajari oleh tiap individu sejak dini sangat
menentukan sifat dan cara berpikir serta tingkah laku individu tersebut.
Gagasan-gagasan inilah yang akhirnya menghasilkan berbagai hasil karya manusia
berdasarkan sistem nilai, cara berfikir dan pola tingkah laku. Wujud budaya
dalam bentuk sistem gagasan ini biasa juga disebut sistem nilai budaya.
2.
Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah wujud
kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari individu dalam masyarakat itu.
Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi mengadakan kontak,
serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan
adat tata kelakuan. Sifatnya konkrit, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan
dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud
kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan
·
Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat
digolongkan atas dua komponen utama:
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan sebagainya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang yang dipakai sehari-hari oleh anggota masyarakat.
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan sebagainya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang yang dipakai sehari-hari oleh anggota masyarakat.
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
·
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama
dari kebudayaan antara lain:
-Teknologi
-Sistem mata pencaharian
-Sistem kekerabatan dan
organisasi sosial
-Bahasa
-Kesenian
-Sistem Kepercayaan / Agama
-Pernikahan
-Sistem ilmu dan pengetahuan
·
Dampak positif dan negative dari Kebudayaan:
Dampak Positif :
1.Peningkatan dalam bidang sains dan teknologi
serta perekonomian negara
2.Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari
otokrasi menjadi oligarki.
3.Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang
demokratis dan masyarakat madani dalam skala global.
Dampak Negatif :
1.Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang
mengarah kepada yang konsumtif
komersial. Masyarakat akan minder apabila tidak menggunakan pakaian yang
bermerk (merk terkenal).
2.Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya
dua kecenderungan yang kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan tradisi dan
sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting (romantisme tradisi). Dan
kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya layak
disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi
tradisi/disconecting of culture).
3. Mengurangi kesempatan bekerja. karena pesatnya
kemajuan teknologi maka banyak perusahaan yang lebih memilih untuk memakai jasa
robot daripada jasa manusia. Karena dengan menggunakan tenaga robot bisa
mengurangi dana pengeluraan perusahaan serta meningkatkan dana pemasukan
perusahaan Dari dampak – dampak yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa
masalah penduduk sangat berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain
Kesimpulan:
Kebudayaan merupakan salah satu warisan budaya dari pada
nenek
moyang yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh
masyarakat. Dan harus tetap di jaga sampai akhir hayat.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar